UJIAN AKHIR MATA KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING
ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP
DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DAN BIMBINGAN
2015
1. Bagaimana kedudukan BK dalam
Kurikulum 2013 berdasarkan tinjauan fungsi dan pendekatan bimbingan dan
konseling. Identifikasi jika terdapat penguatan dan pelemahan fungsi bimbingan
dan konseling dalam Kurikulum 2013!
Jawab:
Dalam kurikulum 2013 dipaparkan bahwa peran dan fungsi Bimbingan dan Konseling
dalam Implementasi kurikulum 2013 yaitu membimbing perkembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Dengan peran
dan fungsi sebagai berikut:
a.
Menguatkan Pembelajaran yang Mendidik
Untuk mewujudkan arahan Pasal 1 (1), 1 (2),
Pasal 3, dan Pasal 4 (3) UU No. 20 tahun 2003 secara utuh, kaidah-kaidah
implementasi Kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan harus bermuara pada perwujudan
suasana dan proses pembelajaran mendidik yang memfasilitasi perkembangan
potensi peserta didik. Untuk mewujudkan lingkungan belajar dimaksud, guru
hendaknya: (1) memahami kesiapan belajar peserta didik dan penerapan prinsip
bimbingan dan konseling dalam pembelajaran, (2) melakukan asesmen potensi
peserta didik, (3) melakukan diagnostik kesulitan perkembangan dan belajar
peserta didik, (4) mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses
individuasi peserta didik. Perwujudan keempat prinsip yang disebutkan dapat
dikembangkan melalui kolaborasi pembelajaran dengan bimbingan dan konseling.
b.
Memfasilitasi Advokasi dan Aksesibilitas
Kurikulum 2013
menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya layanan peminatan. Bimbingan
dan konseling berperan melakukan advokasi, aksesibilitas, dan fasilitasi agar
terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan pendidikan bagi pengembangan
pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik. Untuk itu kolaborasi guru
bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran perlu dilaksanakan
dalam bentuk: (1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta
didik, (2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan
kebutuhan peserta didik, serta (3) membimbing perkembangan pribadi, sosial,
belajar dan karir.
c.
Menyelenggarakan Fungsi Outreach
Dalam upaya
membangun karakter sebagai suatu keutuhan perkembangan, sesuai dengan arahan
Pasal 4 (3) UU No. 20/2003, Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran sebagai
proses pemberdayaan dan pembudayaan. Dalam konteks ini kolaborasi guru
bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata pelajaran hendaknya terjadi
dalam konteks kolaborasi yang lebih luas, antara lain: (1) kolaborasi dengan
orang tua/keluarga, (2) kolaborasi dengan dunia kerja dan lembaga pendidikan,
(3) “intervensi” terhadap institusi terkait lainnya dengan tujuan membantu
perkembangan peserta didik
Penguatan
fungsi BK dalam kurukulum 2013 yaitu dipaparkan adanya upaya untuk meningkatkan
kualitas peserta didik melalui pendidikan berkarakter yang mesti dilakukan
dengan bantuan konselor. Sedangkan pelemahan dari fungsi BK dalam kurikulum
2013 yaitu kurang adanya kejelasan secara
khusus mengenai upaya untuk meningkatkan kualitas peserta didik selain melalui
metode preventif dan kurang adanya kejelasan dalam pelaksanaan bimbingan
disekolah, dimana guru mata pelajaran atau guru kelas juga memberikan bimbingan
karena dianggap lebih memahami peserta didik.
2. Jelaskan pengertian pembelajaran
berbasis bimbingan dan deskripsikan dimensi pembelajaran yang dapat bernuansa
bimbingan!
Jawab:
Menurut Sukardi (2008, hlm. 3) bimbingan
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri.
Sedangakan pembelajaran adalah penyediaan sistem lingkungan yang
mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sumber lain
menyebutkan pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik agar peserta
didik belajar atau membelajarkan diri. Belajar yang dimaksud adalah proses
perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Perubahan disini sebagai
hasil pembelajaran bersifat positif dan normatif.
Dari pernyataan diatas, maka menurut Dr. Nandang Budiman (2009) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis bimbingan adalah pembelajaran yang menerapkan prinsip-prinsip
bimbingan yang didasarkan pada:
a. Needs assesment (sesuai dengan
kebutuhan)
b. Dikembangkan dalam suasana membantu
(helping relationship) meliputi empati, keterbukaan, kehangatan Psikologis dan
realistis
c. Bersifat memfasilitasi
d. Berorientasi pada: learning to
be (belajar menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar), to
work (belajar untuk bekerja dan berkarir) dan to live together (belajar
untuk hidup bersama)
Nurihsan, A. Juntika (2010, hlm.25-26)
mengatakan bahwa pembelajran yang bernuansa bimbingan dipaparkan sebagai
berikut:
a.
Tercipta iklim kelas yang
permisif, bebas dari ketegangan dan menempatkan individu sebagai subjek
pengajaran.
b.
Adanya arahan agar terselenggaranya
belajar yang efektif, baik dalam bidang studi yang diajarkan, maupun dalam keseluruhan kuliah.
c.
Menerima dan memperlakukan
individu sebagai individu yang mempunyai harga diri dengan memahami kekurangan
dan kelebihan, dan masalah-masalahnya.
d.
Mempersiapkan serta
menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
e.
Membina hubungan yang dekat
dengan individu, menerima individu yang akan berkonsultasi dan meminta bantuan.
f.
Dosen/guru mempelajari dan
memahami individu untuk menemukan kekuaan, kebiasaan, dan kesulitan yang
dihadapinya, terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkan.
g.
Memberikan bimbingan kelompok di
kelas
h.
Pemberi informasi tentang masalah
pendidikan, pengajaran, dan jabatan.
i.
Memberi bimbingan kelompok di
kelas.
j.
Membimbing idividu agar
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik.
k.
Memberikan layanan perbaikan bagi
individu yang memerlukannya.
l.
Bekerja sama dengan wali kelas,
konselor, dan tenaga pendidik lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan
oleh individu.
m.
Memberikan umpan balik atas hasil
evaluasi.
n.
Memberikan layanan rujukan (referal) bagi individu yang memiliki
kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh guru sendiri.
3. Mengapa layanan bimbingan dan
konseling merupakan upaya kolaboratif. Deskripsikan tugas semua pihak yang
terlibat dalam implementasi bimbingan dan konseling di sekolah!
Jawab:
Pemberian layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan oleh konselor tentu harus didukung dengan upaya
kolaboratif baik itu dengan pihak di dalam sekolah maupun dengan pihak di luar
sekolah. Mengapa demikian? Hal tersebut dimaksudkan dalam upaya untuk
memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti masalah belajar, kehadiran
dan pribadinya), membantu memecahkan masalahpeserta didik, dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan lainnya.
Tugas pihak yang terlibat dalam implementasi
BK di sekolah:
a. Kepala Sekolah
1) Menyediakan sarana dan prasarana,
tenaga dan berbagai fasilitas lainnya untuk kemudahan pelayanan BK di sekolah
2) Melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan BK di sekolah
3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan
BK di sekolah
4) Menyediakan fasilitas, kesempatan
dan dukungan dalam kegiatan pengawasan
b. Koordinator Bimbingan dan
Konseling
1) Mengkoordinasikan para konselor
2) Memasyarakatkan pelayanan BK
kepada segenap warga sekolah
3) Menyusun program kegiatan
pelayanan BK di sekolah
4) Melaksanakan program BK
5) Mengadministrasikan program BK di
sekolah
c. Konselor
1) Melakukan studi kelayakan dan need
assessment pelayanan BK
2) Merencanakan program BK untuk
satuan-satuan waktu tertentu
3) Melaksanakan program pelayanan BK
4) Menilai proses dan hasil pelayanan
BK
5) Menganalisis hasil penilaian
pelayanan BK
6) Melaksanakan tindak lanjut
berdasarkan hasil penilaian
7) Mengadministrasikan kegiata
program layanan
8) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas dalam pelayanan
9) Mempersiapkan diri menerima
partisipasi aktif dalam kegiatan pengawasan oleh pengawas dan berkolaborasi
dengan guru mata pelajaran
d. Guru Mata Pelajaran/Praktik
1) Membantu konselor mengidentifikasi
peserta didik
2) Mereferal peserta didik yang
memerlukan pelayanan
3) Menerima peserta didik alih tangan
dari konselor
4) Memberikan kemudahan bagi peserta
didik yang memerlukan pelayanan
5) Membantu mengumpulkan informasi
yang diperlukan dalam layananan BK
e. Wali Kelas
1) Sebagai penasihat bagi peserta
didik
2) Membantu memberikan kemudahan bagi
peserta didik dalam mendapatkan pelayanan BK
3) Berpartisifasi aktif dalam
konferensi kasus
4) Mereferal peserta didik dalam
memerlukan layanan BK
f. Staf Administrasi
1) Memperlancar pelaksanaan program
BK
2) Menyediakan format yang diperlukan
konselor dalam memelihara data serta sarana dan fasilitas BK yang ada
4. Kemukakan melalui abstrak sebanyak
250 kata hasil studi lapangan mengenai implementasi bimbingan dan konseling di
sekolah (early expose) dan analisis fakta yang ditemukan untuk mengidentifikasi
kesesuaiannya dengan konsep bimbingan dan konseling!
Jawab:
Kegiatan studi lapangan untuk
mengetahui layanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan dalam
kegiatan Off Campus Teaching (OCT) pada tanggal 11-16 Mei 2015 di Garut. Studi
lapangan tersebut dilakukan secara berkelompok, kelompok saya terdiri dari 6
orang. Diantaranya saya sendiri Reni Fatwa Gumilar, Adnan Rais, , Fika Laila
Syafiqoh, Tasa Luthfianka Dwi Putri, dan Nurma Li Utami. Kelompok kami
melakukan studi lapangan di SMAN 1 Garut.
Adapun aspek-aspek yang kami observasi untuk
mengetahui layanan bimbingan dan konseling di SMAN 1 Garut meliputi wawancara
Guru BK, wawancara perwakilan siswa, dan pemberian angket kepada siswa.
1.
Wawancara Kepada Guru BK
Guru BK SMAN 1 Garut berjumlah 9 orang
dimana 8 dari mereka merupakan lulusan BK sementara yang non-BK hanya satu
orang. Nama-nama guru BK tersebut antara lain Pak Achdiat (Kepala Sekolah), Pak
Daryono (Koordinator BK), Pak Dede (Wakasek Kurikulum), Pak Dadan (Staf BK),
Ibu Inggit (Staf BK), Ibu Susi (Staf BK), Ibu Tati (Staf BK), Ibu Lia (Staf BK)
dan Ibu Ati (Staf BK).
Dari
hasil wawancara kami, pelayanan guru BK di SMAN 1 Garut memiliki beberapa
keunggulan diantaranya:
a. Sebagian besar Guru BK di SMAN 1 Garut
memiliki latar belakang pendidikan S1 jurusan Bimbingan dan Konseling. Bahkan
ada pula yang merupakan lulusan S2 Bimbingan dan Konseling. Sehingga dalam
pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Garut dapat dikatakan memiliki
kualitas pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya
di Garut.
b. Adanya profesionalisme kinerja guru BK yang
sangat tinggi. Hal ini terlihat dari kerelaan Guru BK itu sendiri dalam
memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin kepada siswa dan orang tua siswa.
Bahkan Guru BK memiliki alat komunikasi khusus (handphone) untuk memberikan layanan di luar jam sekolah kepada
siswa dan orang tua siswa.
c. Kepercayaan guru-guru lain terhadap guru
BK, terbukti dengan adanya beberapa guru BK yang memiliki jabatan tinggi di
SMAN 1 Garut. Diantaranya adalah Pak Achdiat sebagai Kepala Sekolah SMAN 1
Garut, dan Pak Dede sebagai Wakasek Kurikulum SMAN 1 Garut.
d. Guru-guru BK SMAN 1 Garut mendapatkan
jadwal untuk mengisi kelas seperti guru mata pelajaran lainnya. Setiap guru BK
memiliki 2 kali pertemuan dalam seminggu, dan sekali pertemuan berjumlah 1 mata
pelajaran (1 x 45 menit).
e. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi
dari siswa untuk berkonsultasi dengan guru BK dan mengunjungi ruang BK.
Sehingga siswa tidak menganggap Guru BK sebagai polisi sekolah tetapi sebagai
teman dekat yang dijadikan tempat untuk curhat. Bahkan hampir setiap hari ruang
BK selalu ramai dikunjungi oleh siswa-siswi SMAN 1 Garut.
f. Ruangan yang dimiliki oleh Guru-guru BK
SMAN 1 Garut dapat dikatakan representatif. Karena memiliki ruangan yang cukup
luas dan setiap guru BK memiliki meja kerja pribadi. Selain itu terdapat
ruangan khusus untuk melaksanakan konseling yang bersifat privasi dan ada juga
tempat khusus untuk menerima tamu atau sebagai tempat konseling kelompok.
g. Administrasi Bimbingan dan Konseling di
SMAN 1 Garut dapat dikatakan tertata rapih. Hal ini dapat terlihat dari
tersusunnya laporan-laporan konseling, data-data seluruh siswa SMAN 1 Garut,
data sekolah lanjutan ke perguruan tinggi, dan bentuk administrasi lainnya.
h. Guru-guru BK SMAN 1 Garut memiliki
relasi yang baik dengan guru orang tua siswa. Karena disediakan kemudahan bagi
orang tua murid untuk menghubungi guru BK kapanpun melalui nomor handphone khusus untuk para orang tua
siswa. Bahkan tak jarang pula guru BK yang mendahului menelepon orang tua siswa
jika ada keperluan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Selain itu, kami juga menemukan
beberapa kekurangan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMAN 1 Garut.
Diantaranya adalah :
a. Para siswa merasa kurangnya jumlah guru BK di
SMAN 1 Garut. Hal ini berkaitan dengan tinggiya antusias siswa untuk berkunjung
ke ruang BK.
b. Ada beberapa guru BK yang tidak hadir di
jadwal kelasnya karena beberapa urusan tertentu. Salah satunya adalah karena
masih memberikan pelayanan responsi kepada siswa yang mengunjungi ruang BK.
2.
Wawancara Kepada Perwakilan Siswa
Dalam melaksanakan tugas wawancara
kepada perwakilan ini, kami mendapat kesempatan untuk mewawancarai beberapa
siswa-siswi SMAN 1 Garut dari kelas X berjumlah 1 orang dan siswa kelas XI
berjumlah 5 orang. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
siswa mengenai layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan harapannya kepada
Dari
hasil wawancara kami, beberapa persepsi umum dari siswa-siswi SMAN 1 Garut
antara lain :
a. Guru BK di SMAN 1 adalah guru yang baik,
bisa menjadi teman untuk curhat dan bisa membantu memecahkan masalah siswa.
b. Guru BK memiliki peran yang penting
dalam membantu siswa menjalankan tugas-tugas perkembangannya.
c. Kinerja guru BK di SMAN 1 Garut sudah
cukup baik karena dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah,
meningkatkan kemampuan intrapersonal, peduli terhadap siswanya, dan dapat
dikatakan juga sebagai motivator bagi siswa
d. Guru BK biasanya memberikan layanan
informatif dan layanan konseling kelompok. Dan tak jarang guru BK juga
memberikan angket sesuai kebutuhan setiap jenjang.
e. Siswa-siswi SMAN 1 Garut secara umum
sudah cukup puas dengan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
guru-guru BK. Karena fungsi-fungsi Guru BK sudah terlaksana secara baik.
f. Siswa-siswi SMAN 1 Garut memiliki
harapan untuk menambahkan jumlah personil guru BK yang dirasa masih kurang.
Selain itu juga mereka berharap untuk menambahkan jam mata pelajaran BK di
setiap kelas, karena 1 jam pelajaran dirasa belum cukup bagi siswa.
3. Hasil Angket
Dari
hasil pelaksanaan angket kepada 100 siswa yang sudah disajikan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
a.
Secara keseluruhan pelayanan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMAN 1 Garut sudah sangat baik.
Hal ini dapat ditunjukkan dari mayoritas siswa-siswi SMAN 1 Garut yang
memberikan jawaban “Setuju” pada pernyataan yang positif.
b.
Guru-guru BK di SMAN 1 Garut
sudah memberikan pelayanan terbaiknya kepada siswa-siswi SMAN 1 Garut. Sehingga
muncul rasa kepercayaan dari siswa-siswi untuk menceritakan permasalahan yang
sedang dihadapinya kepada guru-guru BK.
c.
Mayoritas siwa-siswi SMAN 1 Garut
sering berkunjung ke ruang BK. Dan tidak memiliki persepsi negatif bahwa ruang
BK adalah ruangan yang ditakuti untuk masuk kedalamnya.
d.
Siswa-siswi SMAN 1 Garut memiliki
harapan-harapan yang positif mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling di
SMAN 1 Garut yang lebih baik lagi dari yang sudah baik sekarang ini.
Konseptualisasi:
Dari
hasil studi lapangan di SMAN 1 Garut, bila dikaitkan dengan konsep atau
pematerian tentang layanan bimbingan dan konseling di sekolah, setidaknya
terdapat beberapa peran guru
dalam menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah yang ternyata
telah mampu diterapkan oleh SMAN 1 Garut, diantanya:
1.
Guru sebagai Perancang Pembelajaran
Dalam hal ini, guru sebagai designer of
instruction dituntut memiliki kemampuan untuk merencanakan atau merancang
kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efesien.
a.
Membuat dan merumuskan teknologi informasi dan
komunikasi
b.
Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan,
waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa.
c.
Merancang metode yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi siswa
d.
Menyediakan sumber belajar
e.
Guru berperan sebagai mediator
2.
Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager
of Instruction)
Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager
of instruction) dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola seluruh proses
kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa
dapat belajar dengan efektif dan efisien.
3.
Guru sebagai Pengarah Pembelajaran
Hendaknya guru senantiasa menumbuhkan,
memelihara dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam
hubungan ini, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam kesuluruhan
kegiatan belajar mengajar. Setidaknya terdapat empat hal yang dapat dikerjakan
guru (dalam Sukardi. 2008. Hlm. 26) dalam memberikan motivasi adalah sebagai
berikut:
a.
Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
b.
Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat
dilakukan pada akhir pelajaran.
c.
Memberikan penghargaan terhadap prestasi yang
dicapai hingga dapat meningkatkan prestasi yang lebih baik.
d.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4.
Guru sebagai Evaluator (Evaluator of Student
Learning)
Dalam hal ini, guru dituntut untuk secara
terus-menerus mengikuti prestasi belajar yang telah dicapai peserta didiknya
dari waktu ke waktu. Tujuan utama penialian adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan, efektifitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran.
5.
Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar
yang akan didapat peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan.
6.
Guru sebagai Pembimbing (Konselor)
Guru sebagai pembimbing (konselor), dituntut
untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan
tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi.
Referensi:
Ridwan. (2008). Penanganan efektif bimbingan dan
konseling di sekolah. Yogyakarta. Pustaka Belajar
Nurihsan, AJ. (2006). Bimbingan dan
konseling. Bandung. Refika Aditama
Departemen Pendidikan Nasional.
(2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta. DEPDIKNAS
Budiman, N. (2008). Pembelajaran
berbasis bimbingan. [Online]. Diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/197102191998021NANDANG_BUDIMAN/pembelajaran_berbasis_bimbingan_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf.
Arif, F. (2012). Pembelajaran
berbasis bimbingan dan konseling. [Online]. Diakses dari file:///C:/Users/samsung/Documents/BK%20take%20home/2%20d.htm
Sukardi, DK.., Kusmawati, N. (2008). Proses
bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta
Sabarudin, H. (TT). Peran BK dalam
kurikulum 2013. [Online]. Diakses dari http://cahipw0505.blogspot.com/2014/06/peran-bk-karir-dalam-kurikulum-2013.html
Komentar
Posting Komentar