Catatan 365 Hari

Sudah sejauh mana memberikan dampak?

"A smile is the best make up any girl can wear" - Marilyn Monroe


Ini adalah tulisan pertama selama tiga tahun terakhir yang saya muat di blog pribadi, sisanya beberapa tulisan absurd saya posting di akun lain, sisanya lagi otak sudah mulai kacau dihadang banyak pikiran dan segala keluh kesah menjengkelkan. Ada yang bisa tebak ini bulan apa? Menjelang Oktober akhir, menjelang akhir tahun. Tentu banyak sekali hal yang harus dievaluasi dari, oleh dan untuk pengembangan diri.

Bagi saya lulus sebagai sarjana rasanya berat ketika sudah mengemban amanah di lingkungan masyarakat. Berat karena secara pribadi, tingkat pendidikan seharusnya  menjamin segala aspek dalam diri seseorang (pengetahuan, sikap dan keterampilan). Berat karena embel-embel tiga huruf di belakang nama, seyogyanya menunjukan karakter utuh seorang individu. Detailnya ketika memutuskan menjadi seorang pendidik, berarti diri ini berikrar dan berkomitmen untuk menjadi jembatan bagi dunia dan akhiratnya peserta didik. Sekecil apapun ucapan dan tindakan, bisa jadi manfaat atau bahkan mudorot bagi mereka tergantung dari apa yang kita tanam.

Hari ini tepat satu tahun ketika perjalanan saya mulai di sini, di tempat ini, di tempat di mana orang-orang mengenalnya dengan nama NEBO (Negeri Bojong). Tidak terpikir sebelumnya untuk mengimplementasikan hasil perkuliahan di kampung halaman sendiri, tapi seolah ada magnet tertentu sampai akhirnya Oktober tahun lalu memberanikan diri menyelipkan nama saya di atas surat lamaran sekalipun saat itu posisi saya belum lulus dan sedang pusing-pusingnya menyusun skripsi. Alih-alih ingin mencari kesibukan lain, nyatanya saya kewalahan sendiri mengatur waktu ke sekolah dan bulak-balik Bandung demi revisi setiap bab skripsi dan tanda tangan acc.

Hari pertama dan untuk pertama kalinya masuk ke lingkungan NEBO, seorang guru senior saat itu langsung memperkenalkan saya kepada Bapak Kepala Sekolah. Tidak banyak kata yang keluar, tegasnya hanya meminta saya untuk terus belajar dari setiap hal dan terus berupaya dalam setiap langkah. Hari itu juga, masuklah saya ke sebuah ruangan yang tidak cukup besar, berisi 4 meja dan dua komputer, cat tembok yang terang membuat suasana jauh lebih hangat walau sedikit silau di pandangan, susunan berkas-berkas dan beberapa perkakas seperti butuh sedikit tangan-tangan halus untuk membuatnya terlihat lebih menawan. Tak banyak berkesan sebagai permulaan, membuat saya menatap kosong setiap sudut isi ruangan. Beberapa menyambut dengan salam dan berbagai tanda tanya, saya siapa, dari mana dan pertanyaan umum lainnya. Hanya sedikit melebarkan senyum dan menjawab seperlunya saya jawab, masih sangat canggung sebagai orang baru bahkan untuk sampai detik ini hehe

Hari kian berlanjut, banyak hal yang saya pelajari di sini. Tentang karakter, etika kerja, profesionalisme, sinergitas dalam bekerja,  perbedaan pendapat dan segala hal lain yang tidak didapatkan sebelumnya. Beberapa memberi dorongan dan motivasi  dan sisanya mengajarkan tentang kerja keras. Tidak ada satu pekerjaan pun yang menuntut kita untuk tidak menjadi manusia yang lebih baik, semua pekerjaan mengajarkan banyak hal. Terutama tentang melakukan sesuatu untuk membuat kita berdaya, menggunakan hati, memanusiakan manusia dengan secara manusiawi.

Kalau saya boleh mengibaratkan NEBO itu seperti garis katulistiwa-nya Kabupaten Purwakarta dimana segala bentuk potensi sumber daya manusia dimiliki oleh siswa-siswi terbaik SMK Negeri 1 Bojong. Namun yang menjadi PR besarnya, masih butuh wadah dan arahan untuk berjalan di track yang mereka miliki sesuai bakat potensinya masing-masing. Supaya apa? Supaya track yang dilalui, tidak salah arah, tidak salah langkah, tapi tersalurkan. Dan tentunya yang paling dibutuhkan adalah SINERGI dan saling berjalan beriringan. Tidak ada yang tidak mungkin, di tahun Indonesia Emas saya yakin NEBO menjadi tolak ukur majunya pendidikan di Purwakarta khusunya di wilayah Bojong. Bravo, lanjutkan!

Karakter siswa yang sangat luar biasa memang memiliki tantangan tersendiri untuk lebih dekat dan mengenal mereka. Kaum milenial memang terdidik serba instan, tapi tidak dipungkiri bahwa mereka pun memiliki karakter yang kuat, mandiri, memiliki kreativitas tanpa batas dan di beberapa aspek terutama dalam hal solidaritas siswa NEBO patut diacungi empat jempol sekaligus. Di aspek lain tentu banyak kurangnya, tapi segala bentuk kekurangan sedang berproses menuju ke arah pengembangan.

Sebetulnya lewat tulisan ini tidak ada hal penting yang secara khusus ingin saya sampaikan, ini hanya sebuah cuitan dan katarsis sederhana dari seorang pemula, dari seorang guru muda yang tidak banyak tahu apa-apa. Sedang mencoba menggali pengalaman dan ilmu dari ibu dan bapak guru yang sudah lama terjun di dunia pendidikan.  Saya hanya sedang mengayuh supaya bisa melaju tetap seimbang.

Oke, terlalu banyak basa-basi kita kembali ke pertanyaan awal, sudah sejauh mana saya memberikan dampak? TIDAK ADA, NOL BESAR. Segala yang saya dapatkan di bangku kuliah rasanya bukan apa-apa ketika sudah terjun langsung ke lapangan dan mengenal jauh tentang segala kondisi yang terjadi. Sejauh ini saya hanya bergerak saja, belum bisa memberikan dampak apalagi perubahan yang berarti.  Maka, bantu saya untuk lebih berdaya dan berdampak! Learning by doing. Yuk diskusi!




Salam hangat,
dari yang selalu mau belajar



Tertanda,
Reni Fatwa Gumilar


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer